Perwakilan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya bawakan Tari Bajidor Kahot dan Berhasil Raih Kemenangan Embassy Got Talent di Filipina

Eva Ristiana, Deajeng Fereneza, dan Namira Allegra, mahasiswa dari Program Seni Pertunjukan di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), baru-baru ini mencapai kesuksesan luar biasa dalam acara Embassy Got Talent yang diselenggarakan di Makati Diamond Residence, Filipina, pada Jumat, 12 April 2024.
Partisipasi ke-3 mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya dalam pameran bakat ini secara langsung ditunjuk oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di Filipina untuk mewakili Indonesia dalam acara pencarian bakat tahunan ini, yang menarik peserta dari berbagai negara untuk bersaing dalam memamerkan bakat dan kreativitas mereka.
Tahun ini, kompetisi berlangsung pada 12 April 2024, bersamaan dengan periode magang mahasiswa UNESA di Kedutaan Besar Indonesia di Filipina.
"Sebagai mahasiswa magang di Kedutaan Besar Indonesia di Manila, kami ditugaskan untuk mewakili Indonesia dalam acara ini," ungkap Eva Ristiana.
Meskipun bersamaan dengan bulan puasa Ramadan dan merayakan Hari Raya Idul Fitri di Filipina, ia dan timnya tetap berdedikasi untuk mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh.
Untuk persiapan, mereka tidak hanya fokus pada kinerja artistik tetapi juga pada memperkuat kesiapan mental dan fisik mereka.
Pada hari acara, ketiga pahlawan FBS ini bersaing dengan peserta dari Tiongkok, Afrika, Irlandia, Bangladesh, dan Swiss.
"Semua orang memamerkan penampilan terbaik mereka; kami bertekad untuk tidak kalah dan bertujuan untuk memberikan penampilan panggung maksimal untuk negara kami," tambahnya.
Dalam kompetisi tersebut, para pahlawan FBS mempertunjukkan Tari Bajidor Kahot, sebuah kreasi tradisional Jawa Barat. Tarian ini menggambarkan kegembiraan para gadis muda.
"'Mojang' merujuk pada wanita muda yang belum menikah dalam bahasa Sunda, dan itulah mengapa tarian ini dipertunjukkan oleh gadis remaja yang cantik, yang sangat cocok bagi kami," jelasnya.
Tarian ini ditandai oleh gerakannya yang lincah dan dinamis. Sama seperti sinopsisnya, penampilan anggun para gadis remaja ini memungkinkan tim untuk menyoroti keluwesan gerakan tarian sambil tetap menjaga keanggunan.
Dengan mempertunjukkan tarian khas ini, ketiga pahlawan FBS berhasil menarik perhatian para juri dan meraih juara pertama, mengungguli delapan negara lainnya.
"Kami sangat bersyukur atas pencapaian ini, dan kami berharap hal ini akan menginspirasi mahasiswa Indonesia lainnya untuk terus berjuang demi impian mereka," tutupnya.
Prestasi luar biasa ini tidak hanya membawa kebanggaan bagi para peserta tetapi juga menjadi bukti akan potensi dan bakat yang dimiliki oleh generasi muda Indonesia, khususnya mahasiswa UNESA, di panggung internasional.
Share It On: