Beda Seni Kontemporer dan Post Modern, Kuliah Tamu Prodi Seni Rupa Murni

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dalam Seni Rupa, sebuah pameran merupakan satu kesatuan dengan seni. Hal tersebut merupakan suatu pengetahuan yang wajib dimiliki oleh mahasiswa Seni Rupa. Dalam hal ini, Sally Texana sebagai Kurator Seni berbagi pengalamannya mengenai pameran Seni Rupa.
Untuk memenuhi agenda rutin semester Program studi Seni Rupa Murni, Universitas Negeri Surabaya (UNESA) melakukan kuliah tamu secara daring melalui Zoom pada Jumat, 26 Mei 2023, yang bertajuk "Diskursus dalam Pameran Seni Rupa". Kegiatan ini tidak hanya diikuti oleh mahasiswa Seni Rupa Murni tetapi juga dihadiri oleh mahasiswa Seni Rupa. Kaprodi Seni Rupa Murni, Ibu Dra. Indah Chrysanti Angge, M.Sn., mengatakan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan agar mahasiswa Seni Rupa dapat memahami pentingnya pameran Seni Rupa serta sejarah perkembangannya di Indonesia.
Dalam kuliah tamu ini terdapat tiga topik yang akan dikupas, yaitu seni rupa modern, kontemporer, dan postmodern. Sally Texana selaku narasumber menjelaskan sejarah perkembangan mulai dari masa modern hingga masa postmodern, khususnya pada masa kontemporer dengan postmodern. Menurut kajian referensi akademik, kontemporer dapat disamakan dengan postmodern, tetapi tidak dengan pendapat Sally Texana yang menyebutkan karakteristik masing-masing.
Narasumber juga menyampaikan bahwa dalam pameran-pameran seni rupa memiliki masanya sendiri, seperti dalam seni rupa modern yang lebih mengarah pada lukisan dan patung, sedangkan kontemporer mulai masuk ke peluasan fine art, seni dan desain, performance, dan instalasi, hingga menuju ke postmodern kolektif art atau seni kolektif yang sudah menjadi pameran utama.
Dalam kesempatan ini, narasumber juga menyampaikan alasan mengapa dapat menganggap kontemporer berbeda dengan postmodern. "Sebenarnya, kalau dari segi bahasa, kita menyebutnya kontemporer, tetapi yang saya baca dan saya lihat prakteknya, kadang-kadang terjadi klaim yang berlebihan dari suatu gerakan. Karena mereka menyebutkan postmodern tahun 90-an, apakah hanya karena periode atau prakteknya sudah modern," ujar Sally.
Dengan semua penjelasan rinci mulai dari konsep-konsep seni rupa hingga contoh-contohnya, kegiatan yang berjalan lebih dari 1 jam setengah ini memberikan wawasan yang sangat luas. Tidak hanya mengambil opini dari para ahli, tetapi narasumber juga menjelaskan pendapatnya sendiri dengan baik.
Share It On: